Rabu, 04 September 2013

Static Routing dan Dynamic Routing



Routing

1.      Pengertian Routing

Routing IP adalah proses pengiriman data dari satu host dalam satu network ke host dalam network yang lain melalui suatu router. Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan paket paket ke alamat yang dituju dengan mengunakan jalur terbaik, router menggunakan peta atau tabel routing. Table routing adalah table yang memuat seluruh informasi IP address dari interfaces router yang lain sehingga router yang satu dengan router lainnya bisa berkomunikasi.

Routing table hanya memberikan informasi sedang routing algoritma yang  menganalisa dan mengatur routing table. Intinya, router hanya tahu cara menghubungkan nertwork atau subnet yang terubung langsung dengan router tersebut.

Router berdasarkan cara pemetaan / routing dibagi tiga :
1. Static Routing
2. Default Routing
3. Dynamic Routing

2. Static Routing Protocol
Static routing adalah pembuatan dan peng-update-an routing table secara manual. Staric routing tidak akan merubah informasi  yang ada pada table routing secara otomatis, sehingga administrator harus melakukan merubah secara manual apabila topologi jaringan berubah.

Beberapa keuntungan dari static routing :
  • Pemeliharan bandwidth network karena peng-update-an informasi router membutuhkan broadcasts yang terus menerus.
  • keamanan metwork karena static routing hanya mengandung informasi yang telah dimasukkan secara manual.

Beberapa kerugian dari static routing :
  • Tidak ada tolerasi kesalahan
Jika suatu router down, maka static tidak akan memperbaharui informasi dan tidak akan menginformasikan ke router yang lain.

  • Pengembangan network
Jika suatu network ditambah atau dipindahkan maka static routig harus diperbaharui oleh administrator.

Pembatasan static router dapat menjadi keuntungan apabila untuk sampai pada tujuan hanya melalui  satu router. Stub network adalah pencapaian network tujuan hanya denga satu jalur.

ip route network/prefix {address | interface} [distance]
network            : network yang dituju
mask                : subnet mask
address           : IP address untuk router yang berikut
interface          : interface untuk mendapatkan network tujuan
distance          : jarak administif distance router (optional)

contoh:
ip route 10.0.0.0/8 131.108.3.4 110
10.0.0.0          : destination network.
/8                     : mask (255.0.0.0)
131.108.3.4   : address
110                 : distance

Sebagai alternatif, kita dapat menconfigurasi interface yaitu :

ip route 192.168.1.0/24 eth0
192.168.1.0   : detination network
/24                   : mask (255.255.255.0)
eth0                 : interface yang ditinggalkan

Pada bagian ini kita akan belajar membentuk tabel routing di router  router pada jaringan komputer. Hal ini dimaksudkan agar anda memilki gambaran yang mendasar mengenai konsep routing denga nmembentuk tabel routing do router router secara manual.

Contoh jaringan komputer :


Keterangan Gambar:

keterangan lengkap tentang jaringan diatas :
1. Jaringan diatas merupakan contoh dari laboratorium jaringan.
2. Labjar mendapat IP address 203.198.32.121/30 dari ISP.
3. Supaya setiap workstation bisa melakukan koneksi ke internet maka memutuskan untuk membuat enam network pada jaringan tersebut dengan mengunakan IP local tersebut dengan masing  masing network mendapat alokasi 16 IP address ( netmask 24 bit ). Network yang dibuat sebagai berikut :
a. Network I               : 192.168.1.0
b. Network II              : 192.168.2.0
c. Network III             : 192.168.3.0
d. Network IV           : 192.168.4.0
e. Network V            : 192.168.5.0
f. Network VI            : 192.168.6.0
4. Router A mempunyai 2 NIC dengan IP.
Eth 0 : 192.168.1.1
Eth 1 : 192.168.2.1
Router B mempunyai 3 NIC dengan IP.
Eth 0 : 192.168.2.2
Eth 1 : 192.168.6.1
Eth 2 : 192.168.3.3
Router C mempunyai 2 NIC dengan IP.
Eth 0 : 192.168.4.1
Eth 1 : 192.168.3.1
Router D mempunyai 2 NIC dengan IP.
Eth 0 : 192.168.5.1
Eth 1 : 192.168.3.2
Router E mempunyai 2 NIC dengan IP.
Eth 0 : 192.168.6.2
Eth 1 : 203.198.32.121

5. Router C dapat di sebut sebagai GATEWAY untuk jaringan laboratorium.
Karena router C adalah pintu gerbang antara jaringan komputer dengan jaringan ISP dan internet. Jadi apabila paket akan keluar dari jaringan laboratorium akan melalui router C dan begitu pula sebaliknya.

6. Dibawah ini tabel routing dari tiap tiap router.

2.      Dynamic routing protocol

Pada jaringan besar yang menggunakan banyak router, dynamic routing merupakan metode  yang  paling umum digunakan. Mengapa? Karena jika  kita  menggunakan metode static routing maka kita harus mengkonfigurasi semua router secara manual dan ini tidak mungkin untuk seorang network administrator. Dengan menggunakan metode static routing kita membutuhkan banyak konfigurasi, sedangkan pada dynamic routing kita dapat mengkonfigurasi seminimal mungkin. Jadi sangat dimungkinkan metode
dymanic routing untuk mengembangkan bagaimana router berkomunikasi dengan protocol yang digunakan. Dynamic IP routing adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi masukan masukan ke routing table secara manual. Protokol routing mengatur  router-router  sehingga  dapat  berkomunikasi satu  dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi Routing
table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.

Remote network dapat dikategorikan di tabel routing dengan menggunakan protocol dynamic routing. Dynamic routing protocol contohnya sebagai berikut:

Network Discovery
memelihara dan meng-update tabel routing- automatic network discovery. Network discovery adalah kemampuan routing protokol untuk membagi informasi tentang jaringan dengan router lainnnya dengan menggunakan routing protokol yang sama. Daripada mengkonfigurasi router secara static, routing dinamik dapat secara otomatis membaca jaringannya dari router-router lainnya. pemilihan jalur terbaik pada setiap jaringan terdapat pada tabel routing dengan menggunakan routing dinamik.

- Maintaining routing tables.
Setelah mengenal jaringannya, routing dinamik akan selalu meng-update dan
menentukan jalur-jalurnya pada tabel routing. Routing dinamik tidak hanya membuat jalur terbaik ke jaringan yang berbeda, routing dinamik juga akan menentukan jalur baru yang baik jika tujuannya tidak tersedia (jika topologinya berubah), untuk ini, routing dinamik mempunyai keuntungan lebih dari routing static. router yang menggunakan dinamic routing akan secara otomatis membagi informasi routingnya kepada router yang lain dan menyesuaikan dengan topologi yang berubah tanpa pengaturan dari seorang admin jaringan.

- IP routing protocol
ada beberapa routing dinamic untuk IP. dibawah ini adalah dinamik routing yang sering
digunakan :
  1. Routing Information Protocol (RIP)
o Kelebihan
RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk
mengetahui  kapan  router harus kembali memberikan  informasi  routing. Jika
terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus
mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered
update)
Mengatur routing  menggunakan RIP  tidak rumit dan  memberikan  hasil yang
cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan
o Kekurangan
Jumlah host Terbatas. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM). Ketika pertama
kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal)
dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada.
2.   Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
o Kelebihan
support = 255 hop count
o Kekurangan
Jumlah Host terbatas
3.   Open Shortest Path First (OSPF)
o Kelebihan
tidak menghasilkan routing loop mendukung penggunaan beberapa metrik
sekaligus dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan membagi jaringan
yang besar mejadi beberapa area. Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih
cepat
o Kekurangan
Membutuhkan basis data yang besar. Lebih rumit
4.   Enchanced Interior Gatway Routing Protocil (EIGRP)
o Kelebihan
melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop. Memerlukan lebih
sedikit memori dan proses. Memerlukan fitur loop avoidance
o Kekurangan
Hanya untuk Router Cisco
5.   Exiterior Gateway Protocol (EGP)
o Kelebihan
Sangat sederhana dalam instalasi
o Kekurangan
Sangat terbatas dalam mempergunakan topologi


Sumber: Maulana Mujahidin

Senin, 02 September 2013

SUBNETTING



PERHITUNGAN SUBNETTING

Penghitungan subnetting pada hakekatnya berkisar di empat masalah yaitu:
1.      Jumlah Subnet
2.       Jumlah Host per Subnet
3.       Blok Subnet
4.      Alamat Host- Broadcast
 
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Penghitungan /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

  
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

 SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Subnetting class B adalah CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet dimainkan di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Contoh 1
Coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Dimulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Contoh 2
Berikutnya dicoba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

 Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Latihan untuk network address 10.0.0.0/16.

Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

REFERENSI
  1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
  2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
  3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.
  4. http://romisatriawahono.net/2006/02/11/memahami-penghitungan-subnetting-dengan-mudah/


Kamis, 29 Agustus 2013

Perancangan Jaringan 5 Gedung



Rancangan jaringan antar 5 gedung yang memiliki 5 lantai dan setiap lantai memiliki 4 ruangan dengan 40 komputer setiap ruangan. Rancangannya, dibutuhkan 1 router pusat sebagai penghubung antar gedung. Pada setiap lantai di masing-masing gedung juga dihubungkan dengan router. Topologi yang digunakan adalah kombinasi antara topologi star dan ring. 2 tipe topologi yang digunakan bertujuan agar jika suatu saat router pusat mati, maka pengiriman data antar gedung tetap dapat dilakukan. Rancangannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pembagian IP sebagai berikut:

 Hardware Yang di Butuhkan

  1. Router
  2. Swicth
  3. PC komputer
  4. Kabel jaringan


Gedung A
Pada Gedung A ini ada 5 lantai, untuk tiap lantai memerlukan 1 buah switch yang mana setiap lantai memiliki jumlah host 40 buah. Pada gedung ini dibagi menjadi 5 segmen jaringan, dengan teknik subnetting Kemudian untuk konfigurasi IP pada:
- Lantai 1: 192.168.1.0/26 
- Lantai 2: 192.168.2.0/26
- Lantai 3: 192.168.3.0/26
- Lantai 4: 192.168.4.0/26
- Lantai 5: 192.168.5.0/26
Kemudian IP 192.168.31.6/30   dipakai untuk gateway jaringan yang terpasang pada router.

Gedung B
Pada Gedung A ini ada 5 lantai, untuk tiap lantai memerlukan 1 buah switch yang mana setiap lantai memiliki jumlah host 40 buah. Pada gedung ini dibagi menjadi 5 segmen jaringan, dengan teknik subnetting Kemudian untuk konfigurasi IP pada:
- Lantai 1: 192.168.7.0/26 
- Lantai 2: 192.168.8.0/26
- Lantai 3: 192.168.9.0/26
- Lantai 4: 192.168.10.0/26
- Lantai 5: 192.168.11.0/26
Kemudian IP 192.168.31.10/30   dipakai untuk gateway jaringan yang terpasang pada router.

Gedung C
Pada Gedung A ini ada 5 lantai, untuk tiap lantai memerlukan 1 buah switch yang mana setiap lantai memiliki jumlah host 40 buah. Pada gedung ini dibagi menjadi 5 segmen jaringan, dengan teknik subnetting Kemudian untuk konfigurasi IP pada:
- Lantai 1: 192.168.13.0/26 
- Lantai 2: 192.168.14.0/26
- Lantai 3: 192.168.15.0/26
- Lantai 4: 192.168.16.0/26
- Lantai 5: 192.168.17.0/26
Kemudian IP 192.168.31.14/30   dipakai untuk gateway jaringan yang terpasang pada router.

Gedung D
Pada Gedung A ini ada 5 lantai, untuk tiap lantai memerlukan 1 buah switch yang mana setiap lantai memiliki jumlah host 40 buah. Pada gedung ini dibagi menjadi 5 segmen jaringan, dengan teknik subnetting Kemudian untuk konfigurasi IP pada:
- Lantai 1: 192.168.19.0/26 
- Lantai 2: 192.168.20.0/26
- Lantai 3: 192.168.21.0/26
- Lantai 4: 192.168.22.0/26
- Lantai 5: 192.168.23.0/26
Kemudian IP 192.168.31.2/30   dipakai untuk gateway jaringan yang terpasang pada router.

Gedung E
Pada Gedung A ini ada 5 lantai, untuk tiap lantai memerlukan 1 buah switch yang mana setiap lantai memiliki jumlah host 40 buah. Pada gedung ini dibagi menjadi 5 segmen jaringan, dengan teknik subnetting Kemudian untuk konfigurasi IP pada:
- Lantai 1: 192.168.25.0/26 
- Lantai 2: 192.168.26.0/26
- Lantai 3: 192.168.27.0/26
- Lantai 4: 192.168.28.0/26
- Lantai 5: 192.168.29.0/26
Kemudian IP 192.168.31.18/30   dipakai untuk gateway jaringan yang terpasang pada router.
 
Gambar Internal Dalam Gedung 
Gambar Jaringan Antar Gedung
Sumber: http://shaumnaya27.blogspot.com/2012/04/perancangan-jaringan-5-gedung.html